Senin, 01 Juli 2019

6

2019.07.02 07:21 sengketa sebagai peristiwa yang berkaitan dengan objek ika dibedakan dari esensinya), ia sepenuhnya-mata mengartilkannya ebagai hubungan dengan Tuhan;  karena itu, bukan merupakan kejadian yang biasa.  Lebih jauh lagi, jika eksistensi adalah suatu peristiwa (yang biasa), maka seseorang dapat mempertimbangkannya dengan cara demikian dan tetap melanjutkan terus berbicara sepuluh-tang objeknya tetap dapat dibahas untuk kejadian-kejadian lain dan, sungguh, sesuai hal itu, Ibnu Sina  ter-paksa (jika ia menerima eksistensi sebagai suatu peristiwa) pendapat Meinongian yang juga disetujui oleh para Mutakallim Muslim tentang ketidakadaan juga mesti "ada".  Tapi ini adalah doktrin yang mengundang untuk Ibnu Sina.  Bahasan tentang topik ini dapat ditemukan di seluruh artikel yang ada di dalam catatan no.  5 di dalam hab ini Di sini kami hanya memberikan satu bagian, di mana filosof kita mengkritik pendapat orang-orang yang meyakini "benda" yang tidak ada, mes kipun demikian, harus "ada yang bisa kita dapat bahawa," katanya.  ", I, 5)," Orang-orang yang puas dengan pendapat ini meyakini tentang benda-benda yang dapat kita ketahui (misalny a, dengan mengenalnya) dan dapat kita bicarakar adalah benda-benda yang berhubungan dengan dunia ketidak bera daan, di  - mana sifat non-eksistensi nmerupakan beberapa atribut. Siapa pun yang ingin tahu lebih jauh tentang hal ini, ia harus membahas lebih lanjut tentang ketidaksesuaian yang telah mereka bahas dai vang tidak bermanfaat untuk ditelusuri. "  Sesungguhnyi menurut Tbmu Sina, ide-ido tentang eksistensi dan hubungan adalal ide-ide utama yang harus menjadi awal pembicaraanankita.  Konsep yang tidak dapat diturunikan ini adalah dasar-dasar b kita untuk memberi kategori dan atribut lain untuk benda-benda.  dan karena itu, nereka resolusi, resolusi harus mengguriakan istilah-istilah dan konsep-konsep lain turunan, pi tel I, 5) Sekarang akan muncul tampilan masalab itu hukarlah masala metafisik, masalah-masalah yang mungkin terkait.  Ihnu Sina telah beru saha menanggung jawabnya.  Bagaimana mungkin kita bisa membicarakan sesuatu yang tidak ada, dan kemudian bertanya apakah artinya?  Jawabannya adalah kita dapat melakukan demikion, Ikarena kita melakukan cbyek-objek ini dalam pikiran kita.  Namun, tidak dapat diragukan lagi, bahwa imaji-imaji kita masir.gasal tidak dapat menciptakan makna-makna dari wujud-wujud ini katena adanva alasan v jelas babwa, kompilasi membicaralran sesuatu, misalnya, kapal ruang 108

Tidak ada komentar:

Posting Komentar