Selasa, 19 November 2019

emmanuel levinas

[31/10 15:44] Ikbal: *Emmanuel Levinas*
A. Riwayat hidup Emmanuel Levinas 
       Emmanuel Levinas dilahirkan di Kaunas, Lithuania pada tahun 1906  dalam lingkungan keluarga Yahudi. Dibawah pemerintahan Tsar yaitu Lithuania dan Rusia tempat dimana agama Yahudi dan studi talmud berakar kuat. Menurut pengakuan dari Levinas sendiri bahwa ia di besarkan dengan Alkitab Ibrani serta pengarang -pengarang klasik Rusia, Tolstoi dan Puschkin.
[31/10 16:00] Ikbal: Pendidikan pertamanya ia tempuh di daerah Ukrania dimana ia menyelesaikan peristiwa- peristiwa sekitar revolusi Rusia pada tahun 1917, kemudian Levinas melanjutkan sekolah menengah di tempat kelahirannya, Kaunas. Selanjutnya pada tahun 1923, Levinas kemudian mendaftarkan diri ke universitas Strasbourg di Prancis, disana Levinas sangat terkesan melihat melihat kultur pendidikan dan suasana intelektual. Levinas kemudia mengatakan bahwa di negara Prancis, *Orang dapat melekat diri pada bangsa ini dengan hati  dan budi sama seperti asal usul*. Sampai pada tahun 1930 an Levinas memperoleh kewarganegaraan Prancis, dan sebagai pengarang Levinas menulis bahasa Prancis yang baik dan bermutu, sehingga para pembaca tidak mengira lagi bahwa filsuf Prancis ini sebenarnya berasal dari luar negri, Lithuania.
[31/10 16:07] Ikbal: Pada saat Levinas kuliah di Universitas Strasbourg Prancis, Levinas  menjadi  murid  Husserl selama dua semester, selain itu Levinas juga sempat menyaksikan kesuksesan yang di raih oleh Heidegger sebagai profesor muda, dan menggantikan Husserl pada akhir semester musim dingin di tahun 1928/29.
[31/10 16:13] Ikbal: Satu tahun selanjutnya, yaitu pada tahun 1929 Levinas menulis suatu artikel panjang tentang buku Husserl yang dikenal sebagai *Ideen I*. Dan pada tahun yang sama Levinas menerjemahkan karya Husserl yanh berjudul *Cartesianische Meditationen* (Meditasi -   meditasi gaya Descartes) ke dalam bahasa Prancis.
[31/10 16:21] Ikbal: Levinas mendapatkan geral doktoralnya di universitas Sorbonne di Paris dengan disertasi yang berjudul *La Théorie de L'intuition dans la phénoménologie de Husserl* (teori tentang intuisi dalam Fenomenologi Husserl) di tahun 1930. Dan karena tulisan tulisannya tersebut, Levinas sangat berjasa dalam memperkenalkan dalam Fenomenologi Husserl  di Prancis.
[31/10 16:59] Ikbal: Menjelang Perang Dunia II Levinas dipanggil masuk ke tentaraan Prancis,  setelah ia bergabung dalam kelompok tentara tersebut Levinas kemudian ditangkap dan di pindahkan ke Jerman sebagai tahanan perang di Tahun  1940, Levinas di tempatkan  dalam kamp nr.1492 yang dikhususkan bagi tahanan- tahanan perang keturunan Yahudi. Selanjutnya dari pengalamannya di Tahanan, bersama dengan semua kejadian sekitar Nazisme, khususnya pembantaian massal terhadap jutaan orang Yahudi (termasuk semua sanak saudaranya di Lithuania ) yang meninggalkan luka yang teramat dalam dalam jiwa Levinas, perasaan ini juga banyak dirasakan oleh  sekian banyak orang Yahudi yang sempat selamat sesudah perang dunia II. Pada waktu itu Yesaya 53 menjadi kenyataan, kata Levinas. Selama Levinas berada ditahanan ia menulis sebuah buku kecil yang berjudul *De l'existence à  l'existant* (Existence and  existents), Dalam buku kecil ini sudah tampak pikiran- pikiran original yang akan  dikembangkan lagi dikemudian hari.
[31/10 17:14] Ikbal: Setelah Levinas bebas dari tahanan, ia kemudian diangkat menjadi direktur *Ecole normale Israélite orientale* dan mendidik guru guru dengan bahasa Prancis guna untuk pendidikan di sekolah sekolah Yahudi di kawasan laut tengah. Selanjutnya, Levinas kemudian kembali memperdalam pengetahuannya mengenai Talmud ( adalah kumpulan karangan- karangan yang berisikan wejangan- wejangan dan diskusi diskusi pada Rabbi Yahudi tentang makna kitab suci dan cara hidup Yahudi) dan sekaligus Levinas memberikan ceramah- ceramah tentang penafsiran Talmud kepada himpunan sarjana sarjana Yahudi di Prancis. Uraian- uraian tentang Talmud itu Levinas  kumpulkan dalam beberapa buku, serta karangan -karangan kecil tentang agama dan kebudayaan Yahudi juga dikumpulkannya dalam buku *Difficile liberté* (kebekasan dan kesukaran) di tahun 1963. Dan pada tahun 1976 terbit edisi kedua dengan pelbagai perubahan dan tambahan.
[1/11 08:53] Ikbal: C. Metafisika tentang *Yang Lain*
         Levinas adalah seorang filosof yang juga sangat berpenharuh pada pemikiran filsafat, Levinas memiliki karya besar yang di beri judul Totalité et infini Essai sur L'exteriorité (totalitas dan tak berhingga) essai tentang eksterioritas. Untuk dapat mengerti apa yang di maksudkan oleh Levinas, ada baiknya kita bertitik tolak pada tiga istilah yang tercantum dalam judul tersebut, yaitu : *Totalitas, Tak berhingga,  dan Eksterioritas*. Mari kita bahas satu persatu. 
a. Totalitas
      Levinas mempunyai nada yang kurang baik akan kata tersebut. Menurut Levinas, seluruh filsafat barat selama ini mengejar totalitas, artinya filsafat ingin membangun suatu keseluruhan yang berpangkal pada "ego" sebagai pusatnya. Karena tradisi filosofis ini  selalu bertolak dari "aku" dan kembali pada "aku", maka cara berpikir serupa itu oleh Levinas disebut juga *la philosohie du Même* (the philosophy of the same).
[1/11 09:14] Ikbal: Beberapa pernyataan para filosof modern yang oleh Levinas dianggap sebagai totilitas yang ia sebut sebagai *Ontologi*. Diantaranya adalah pendapag Plotinus yang mengatakan bahwa *Jiwa tidak pernah pergi ke sesuatu yang lain dari pada dirinya sendiri*. Dalam filsafat modern titik tolak ini mendapat kedudulan yang kuat sejak pernyataan Descartes tentang *Cogito Ergo Sum* (aku berpikir, jadi aku ada). Dengan Descartes filsafat modern menjadi *Egologi*. Dan egologi itu berkembang terus sampai dengan Husserl dan murid muridnya (Husserl sendiri menghunakan egologi untuk menunjukkan filsafatnya). Sartre misalnya masih melukiskan aktivitas khas manusiawi sebagai *Totalitas*. Tendensi ini tampak dengan jelas sekali dalam idealisme  ada dimengerti sebagai imanensi atau interioritas. Bagi idealisme ada itu sama dengan kesadaran yang mengkontruksi dirinya sendiri. Yang lain hanya ada karena dan bagi kesadaran diri.

Senin, 01 Juli 2019

9

2019.07.02 07:22 atu "dan, karena itu, persetujuan-persetujuan semacam" menguntungkan ". Tapi" ini bukan soal hal-hal yang ada yang informatif dan menguntungkan, karena hal-hal itu menambah esensi hal yang baru.  Ke- dua, harus kita catat sebagai Ibnu Sina membahas materi itu pada beberapa tempat sebagai prinsip kemajemukan bentuk atau esensi, tetapi ia tidak pernah mengatakan materi itu prinsip dari mana maujud.  Prinsip tunggal mencari sesuatu yang ada adalah bahan Tuhan adalah penyebab okasional kemaujud, yang mensuplai sifat-sifat lahiriah kemajemukan.  Ibnu Sina, tetapi juga terkait dengan sebagian besar ungan yang mendasar di dalam tulisan tradisional yang member babas istilah "perubahan dan" esensi "  , adalah mutlak perlu. Pernyataan-keputusan tentang kemaujudan T dalam hubungan ini, "kejadian" B. Hub

8

019.07.02 07-22 ogika, "Kairo, 1952, hal. 65-69: iuga, ibid," Me V, 1) yaitu kekhasan dan universalitas adalah peristiwa "yang terjadi pada esensi. Unirersalitas hanya dapat dilihat dalam pikiran- pikiran  kita, dan Ibnu Sina mengambil pandangan fungsional tentang keras universal: pikiran kita mengabstraksi yang universal atau konsep-konsep umum, di mana hal itu dapat merangkum keragaman vang tak terbatas dari dunia ini secara ilmiah, yaita yang terkait dengan oby ek.  dunia lahiriah, esensi Lidak maujud, kecuali dalam pengertian yang metaforik, arti dalamı pergertian dengan obvek-obyek yang dianggap sesuai untuk menghubungkan. Kemaujudan kemaujudan di dunia lahiriah sebagai obyek-obyek, apakah ada yang benar-benar sama dengan yang benar, la katakan, "  adalah tidak mungkin bahwa esensi yang sama sama mewuiud dalam banyals hal "(" Met V, 2), demilkian pua, pentingnya yang menghargai kesejahteraan 'Amr, ia terkait dengan, lantaran kondisi-kead aan terten  tu.  Keadaan- tertentu yang dimiliki peran pada diri pribadi Zaid .... demikian oula peran pada manusia 'atau manfaat' sesuai semua yang berkaitan dengan ("Met", V, 2).  Jelaslah, sebagian besar dari permyataan terakhir, itu "esensi" berubah pada setiap individu.  Karena itulah mengapa kita harus mengatakan bahwa layang-layang menganggap esensi sebagai universal, maka keberlangsungan adaan tertentu yang nyata merupakan sesualu yang melampau dan meluas di mental dengan menghubungkan bangunan esensi atau suatu keiadicalah sebuah file yang ditambahkan pad "dari esensi tersebut. Ada dua hal yang  harus dicatal di sini. Pertama adalah meminta yang ditambahan, bukan pada obyek-ooyelt yang ada-hal ini akan musykil-kecuali pada esensi. Hal ini karena ada yang menemukan apakab ia ada atau tidak, pada k nyataannya setiap konsep adalah  "Sesuatu vang darinva pernyat dan dapet dibuat, baik positip maupun negatip.  Adanya ketidak-adaan pur adalah 'seseorang, sebab seseorang dapat membahas- nya.  (Pecbedaan antara "sesuatu" dan beberapa kema ujudan, ditulis Tbnu Sina (Met ", I, 5) yeng dengan cara yang telah disetujui kembal dalam logilk sekarang ini, dibaca dari Stoie (lihal, seperti, Stoicorum Veterum Fragmente, Vol 1,  hal. 117. Karena itu Ibnu Sina mengatakaraku ketika keberada- an mengeluarkan dengar esensi, lalu memulai ini sama dengin

7

22 ngk asa, maka ia harus memberikan arti yang obyektif.  Meskipu demikian, benarlah bahwa Ibnu Sina telah melihat kesulitan pria desar dari logika kemaujudan.  Dan logika modern kita itu sendiri yang memiliki teknik-teknik unggul dan corak-corak yang berarti tampak menyelesaikan masalah, Ia telah mendukung keras untuk menyanggah apa itu, memindahkan kapal itu sendiri tidak ada, saya tidak adeng membiearakan "sesuatu" itu,  tentang objek seeara umum atau suatu kumpulan sifat.  Namun apakah hal ini benar-henar begitu?  Apakah musykil untuk mengatakan bahwa ini adalah kapal ruang angkasa?  Di samping itu, utama di masa depan adalah kata-kata "kumpul-an sifat-siapakah sifat-sifat itu, dan yang mana yang sedang saya perbincangkan? Di samping arti" kejadian "ini sebagai hubungan yang khas dan unik dari sesuai dengan Ibnu Sina  Memiliki pengertian filosofis yang lain yang tidak ortodok. la menyangkut hubungan kemaujudan nyata dengan esensi atau bentuk tertentunya, yang juga Ibnu Sina-Eyebutnya yang terkait. Penggunaan istilah "situasinya" sangat beragam dalam konteks Ibnu Sina, oleh karena itu, tanpa meugetahui yang dimaksud dengan benar,  orang akan salah tafsir terhadap doktrin-doktrin bertentangan. Sekarang, jika dua konsep dapat dibeda- Pah, maka itu harus laki-laki unjukkan dua ke atas yang berbeda, didukung 9junya, empedu dua konsep ini bersuma-sama mewujud dalam  sesuatu, Ibnu Sina menggambarkan hubungan timbal-balik heauanye itu scbagai kejadian, yaitu, mereka menjadi bersama, nesrinun masing-masing mewujud sepenuhnya.  contuh.  antara esensi dan kemaujudan, antara universalitas dan eaensi kapan pun saya berbicara tentang kapal maujud dengan Tuhan, istilah "kejadian" katakanlah di atas, dan menurut Tonu Sina, esensi makhluk dalam pikiran Tuhan dan dalam pikiran-pikiran intelegensi-intelegensi aktif) sebelum alhal  vang ada itu maujud di dunia lahiriah, dan mereka uga ada di pkiran kita setelab mereka itu mewujud.  Namun, tingkat esensi ini sangat berbed a.  Dan perbedaan tiak hanyakarena perbedaan pemahaman tentang satu yang menentukan kratif, sementara lainnya bersifat imitatif, Sebaliknya, eniu tidak universal dan ridak pula khas, tetapi ia hanyalah nsi, Eemudian ia sesuai (al-Syifa, "Pengantar Menuju 109

6

2019.07.02 07:21 sengketa sebagai peristiwa yang berkaitan dengan objek ika dibedakan dari esensinya), ia sepenuhnya-mata mengartilkannya ebagai hubungan dengan Tuhan;  karena itu, bukan merupakan kejadian yang biasa.  Lebih jauh lagi, jika eksistensi adalah suatu peristiwa (yang biasa), maka seseorang dapat mempertimbangkannya dengan cara demikian dan tetap melanjutkan terus berbicara sepuluh-tang objeknya tetap dapat dibahas untuk kejadian-kejadian lain dan, sungguh, sesuai hal itu, Ibnu Sina  ter-paksa (jika ia menerima eksistensi sebagai suatu peristiwa) pendapat Meinongian yang juga disetujui oleh para Mutakallim Muslim tentang ketidakadaan juga mesti "ada".  Tapi ini adalah doktrin yang mengundang untuk Ibnu Sina.  Bahasan tentang topik ini dapat ditemukan di seluruh artikel yang ada di dalam catatan no.  5 di dalam hab ini Di sini kami hanya memberikan satu bagian, di mana filosof kita mengkritik pendapat orang-orang yang meyakini "benda" yang tidak ada, mes kipun demikian, harus "ada yang bisa kita dapat bahawa," katanya.  ", I, 5)," Orang-orang yang puas dengan pendapat ini meyakini tentang benda-benda yang dapat kita ketahui (misalny a, dengan mengenalnya) dan dapat kita bicarakar adalah benda-benda yang berhubungan dengan dunia ketidak bera daan, di  - mana sifat non-eksistensi nmerupakan beberapa atribut. Siapa pun yang ingin tahu lebih jauh tentang hal ini, ia harus membahas lebih lanjut tentang ketidaksesuaian yang telah mereka bahas dai vang tidak bermanfaat untuk ditelusuri. "  Sesungguhnyi menurut Tbmu Sina, ide-ido tentang eksistensi dan hubungan adalal ide-ide utama yang harus menjadi awal pembicaraanankita.  Konsep yang tidak dapat diturunikan ini adalah dasar-dasar b kita untuk memberi kategori dan atribut lain untuk benda-benda.  dan karena itu, nereka resolusi, resolusi harus mengguriakan istilah-istilah dan konsep-konsep lain turunan, pi tel I, 5) Sekarang akan muncul tampilan masalab itu hukarlah masala metafisik, masalah-masalah yang mungkin terkait.  Ihnu Sina telah beru saha menanggung jawabnya.  Bagaimana mungkin kita bisa membicarakan sesuatu yang tidak ada, dan kemudian bertanya apakah artinya?  Jawabannya adalah kita dapat melakukan demikion, Ikarena kita melakukan cbyek-objek ini dalam pikiran kita.  Namun, tidak dapat diragukan lagi, bahwa imaji-imaji kita masir.gasal tidak dapat menciptakan makna-makna dari wujud-wujud ini katena adanva alasan v jelas babwa, kompilasi membicaralran sesuatu, misalnya, kapal ruang 108

5

019.07.02 07:21 bahwa eksistensi yang tersusun juga tidak bisa hanya mewakili aleh bentuk dan materi saja, tetapi harus ada "sesuatu yang ain".  Akhirnva di dalam "Met" VIII, 5, ia menjelaskan kepada kita bahw "semua tentang yang Esa, yang esensi-Nya adalah Tunggal dan Maujud, mempercayai eksistensinva dari sesuatu yang ain Di dalam dirinya sendiri, ia lavak untuk mendapatkan bantuan akuisisi  Sekarang, ia bukan material itu sendiri, Lanpa bentuknya, atau bentuknya sendiri tanpa materialinya yang pantas men- dapatkan ketidaksesuaian itu, tetapi adalah sernuanya (bentuk dan materi). "  Inilah mengapa Mengapa Ibnu Sina menggunakan tiga referensi untuk menganalisis keberadaan objek materi, di samping rumusan tradisional Yunani itu.  Harus dicatat bahwa apa yang ada di kembargkan di sini adalah doktrin Aristoteles.  Banyak sErjana yang berkeyakinan bahwa Ibnu Sina, di sini, ikuti pend apa.  Aristoteles dan Neo-Platonik, tetapi dari segi lain, doktrin Neo-Platonik adalah sama dengan Aristoteles, yaitu dua bagian yang terdiri atas bahan dan bentuk, kecuali itu, menurut Plotinus yang dibuat oleh Plato, bentuk-bentuk itu memerlukan status untologis yang  lebih tinggi dan ada dalam kesadaran Tuhan, dan kemudian la-lah yang mulai bertuk ada sebagai rateri.  Oleh kare na yang dapatlah dibayangkan sebagai eksistensi se 52amgguhnya yang mendukung bentukan benda, tetapi ia lebih mewakili xbungan dengan Tuhan: Jika Anda melihat benda di kait- Rrya dengan yang terkait dengan Tuhan yang diundang, lalu bende itu ada, dan benda itu ada karena keniscayaan.  komudian, eksistens.nya itu dapat dibahas, tetapi hila keluar dari hubungan dengan Tuhan, maka adanva sesuatu yang hilanglah pengertian sebuah makaanya.  Inilah aspek hubungan yang dibahas Ibnu Se dengan istilah "kejadian" dan mengatakan eksistensi LE atalah suatkejadian.  Seia ke bnu Rusyd mengkritik, yang dalam beberapa hal, lab lk an Ibnu Sina yang menolak tentang substansi setiap gai sesuratu yang ada dengan sendirinya;  Akuarium yang membahas tentang perbedaan antara esensi dan eksistensi yang berbeda di bawah ini adalah Ibnu Sina yang juga mengkritik Ibnu Rusyd, mesk ipun ia sendiri juga memutarbalikkan Sma tentang konteks dasar dan kebenaran, meng kan para ahli sejarah pada abad ke dua di Barat  ber r sama dengan Ibnu Sina, katakanlah bahwa keberadaan ah seta mata peristiwa di antara peristiwa-peristiwa LaiKami telah mengatakan bahwa ibnu Sina membahas dar cer outa eapa 107

4

019.07.02 07:21 sekarang kami akan menganalisisnya sesuai bahan-bahan ya kompiek, yang telah diwariskan oleh Ibnu Sina kepada kita.  Ei Dari sudut pandang metafisik, teori itu kembali melengkap yang diperluka, yaitu bentuk dan materi.  Menurut Aristoteles, ini adalah analisis sudut pandang Aristoteles tentang maujud menjadi dua eleme bentuk jumlah total dasar dan kualitas-kualitas yang dapat diuniversalkan yang membentuk definisi;  m teri pada setiap sesuatu memiliki kemampuan untuk menerima kualitas-kualitas lersebut dan dengan bentuk itu, maka terisd.  lah exsistensi individu.  Namun, dua, bentul adalah universal, karena itu, tidak iklan.  Demikian pula materi, sebagai wujud potensiitas murni, laki-laki jadi tidak ada, karena hal itu mewujud hanya melalui bentuk.  Kemudian, bagaimana sesuatu menjadi ada dengan tidak ada- bentuk dan bahannya?  Kesulitan kedua timbul dari kenyataan itu, meskipun Aristoteles umum berlaku tentang de Einisi atau esensi dari sesuatu adalah bentuknya, tetapi ia pada bé glan-bagian penting lainnya (yaitu, De Animu, Vol. I, bab 1, 403, 27 f.  Dengan menambahkan esensi sebagai tersebu, dengai demikian, maka dapat membantu kita dengan resolusi sebagiar daripadanva. Kemudian jika kita mengan gap bentuk ian bahan sebagai penyusun resolusi, maka kita pasang surut akan mendapatkan eksistensi sesuatu yang benar.  Yang menentukan OLEH seluruh Aristoteles yang mem bahas tentang wujud yang terancan oleh kehancuran. Karena itu, mengapa Ibnu Sina berkeyakinan yang hanyut dari beatuk dan materi yang hanya akan dapat memperoleh eAsistensi vang uyata, hanya saja kualitas-kualitas yang cocok untuk betalan la telah mengaralisis  dalam kesempatan yang panjang, b bungan artara bentuk dan materi dalam al Svifa ("Met" II, 4 da Met "VL, 1), di mana ia me  Bagaimana cara mendapatkan niat ini? Bagaimana cara mengaktifkannya? Di BEgian ni telah menemukan artikelF Ralkman "Esetee 3th Exisenoe in Avicenna, dalam Madiaccal cnd Reavissane Sudes xOrd, walupur mendiskusikan-ya  di sini sampai tingkat terlenlu telah menguban pemaparan UG

3

gan endii mengetahui itu gajah itu ada.  Demikianlah, adauya Tolan adalah satu keniscayaan, sedang ada sesuatu yang lain haye mungkin dan diperoleh dari keberadaan Tuhan, dan diduga Tuhan yang tidak mengandung kontradiksi, karena dengan demikian yang lain pun tidak akan ada.  Argumen uSmologis yang didasarkan pada doktriin Aristoteles tentang hab Pertama, akan sia-sia dalam membuktikan keberadaan Tuhan, Mesicipun demikian, Ibnu Sina tidak memilih untuk membangun en ontologis.  Argumen Ibnu Sina, menyatakan akan kita Bat kemudian, yang menjadi doktrin penting bagi dogma teologi tolk Roma setelah Aguinas, lebih lanjut membahas pembuktian Leibniz tentag Tuhan sebagai dasar akan dunia, bantuan Tuhanlah, apa yang kita dapat ketahui tentang danis di sini,  -akibat meimpunyai premis-premis dan kesimpulan-kesimpulan yang mirip.  Di sebelah ke belakang, yaitu e depan.  yaitu memulai dari premis yang tidak diragukan lagi kepada suatu kesimpulan.  Sesungguhnya menurut Ibnu Sina, Tuban menciptakan sesuatu karena memiliki keperluan rasio- Sal.  Dengan dasar keperluan yang rasional ini, Ibnu Sina menjelas- pengetahuan-Tuhan tentang semua masalah, seperti apa yang kita lihat dalam pembahasannya tentang Tuhan.  Dunia, keseluruhan, ada bukan karena, tetapi diberikan Tuhan, dibutuhkan.  dan syarat ini diturunkan dari Tsban Inilah asas Ibnu Sina tentang eksistensi penuh, dan lain-lain 2019.07.02 07:15

2

2019.07.02 07:15 Perarakan intelegensi imaterial dari Wujud Terbesar dengan cara pemancaran yang disetujui sesuai dengan pendapat yang dilhami oleh Teori Pemancaran Neo-Platonik berpendapat yang lemah dan tidak dapat digunakan tentang Tuhan d ari Aristoteles yang mengatakan ticak ada terusan deri Tuban Yang  Esa, KE dunia, yang banyak.  Menurut para filosof Muslim, meskipun Tuhan tinggal di dalam diri-Nya Sendiri dan jauh lebih tinggi di atas dunia yang diciptakan, tetapi melibatkan partisipasi antara kekekalan dan keniscayaan yang dikumpulkan dari Tuhan dan dunia yang penuh dengan ketidaktentuan.  Di samping itu, teori ini sangat dekat untuk orang Islam atas keyakinannya pada para malaik di.  Inilah kesempatan pertama untuk membahas bagaimana para filosof Muslim, dengan cara mengolah kembali tradisi filsafat Yunani, tidak hanya membangun sistem yang rasio nal, tetapi juga sistem orientasi yang mengembangkan tradisi Islam.  Tapi bagaimana dengan teori pemancaran itu sendiri Apakah hal itu tidak akan merusak garis pemisah yang perlu dan penting antara pencipta dan yang diciptakan, dan terkait dengan dunia yang Panteistik - TVam Asia dengan Islam, Apakah semua agama yang dapat dilakukan?  Tidak diragukan lagi bentuk-bentuk Panteisme menjadi lebih dinamis, berbeda dengan paham para absolutis dan bentuk-bentuk panteisme statistik;  Bahkan ia dapat diarahkan ke antropomorfisme, atau proses e naikan kembali, untuk mendapatkan kembali kemakhlukan ke arah ke-Tuhan-an, Sekarang, tanggungan untuk melawan bahaya seperti itu sesuai doktrin Ibnu Sina tentang esensi dan eksistensi.  Hal ini menciptakan teori lagi yang dirancang untukku menuhi kedua teori dan agama, dan satu lagi untut yang kelengkapan untuk Aristoteles.  Pada awal bagian ini, kami mengatakan bahwa Tuhan, dan hanya Tulan saja yang memiliki wujud tunggal, penuh: edang segala sesuatu yang lain memiliki kodrat vang mendua Karena keturggalannya, maka buat Tuhan tu, dan kenvatasn ala la sda, buat dua tidak ada satu  wujud tapi sat tidak tomik dalam wujud yang tunggal.  Tentang apakah Tuhai iru, hakikat Dia, adalah icentik dengan eksistensi-Nva, Hal ini bukan merupakan kejadian untuk wujud lainny, karena tidak ade kejadian lan yang eksistensnya identik dengan esensinya.  dengan kata lain, misalnya seorang Eskimo yang tidak pernah melihal gajah, ia tergolong salah yang berdasarkan kenvataan itu 104

I

doktrin Ibnu Sina, yang bukan hanya penting dan menllnjukkal sifat-sifat dari sistemnya, tetapi juga memiliki sangat beragam dan orisinal merupakan pengembangan Ibnu Sina.  A. Doktrin tentang Wujud Doktrin Ibnu Sina tentang Wujud, sebagaimana para filosof Muslim diluncurkan, misalnya al-Farabi, mengubah emanasionistis.  Dari Tuhanlah, Kemaujudan Yang Mesti, lulus intelegensi nertama, terbang karena hanya dari yang tunggal, yang dapat dibaca, sesaatu dapat mewujud.  Hanya sifat intelegensi pertama yang tidak dapat diterima satu, karena ia tidak ada dengan sendirinya, ia hanya mungkin, dan dikeluarkannya dibuat oleh Tuhan.  Berkat kedua sifat itu, yang sejak saat itu melingkupi seluruh ciptaan di dunia, intelegensi pertama memunculkan dua kemaujudan yaitu: (1) intelegensi kedua melalui kebaik dan ego hasil dari aktualitas, dan (2) lingk ung pertama dan ter 2 al ggi  berdasarkan segi terendah dari keberadaan, ganti al-miahnya.  Dua proses pemancaran ini berjalan terus sampai kita mencapai intelegensi yang diterima dunia ini, yang oleh filsafat Muslim disebut malaikat Jibril.  Nama ini diberikan, karena ia memberikan bentuk atau "menyerahkan" materi dunia ini, yaitu materi fisik dan akal manusia.  Karena itu, qusd ia juga disebut "Pemberi Bentuk" (dator formarum menurut sar-jana-sarjana Barat abad derajat).  Kami akan kembali ke mlelegensi-intelegensi lingkung-lingkung ini untuk membahas lebih lanjut sifat-sifat alamiah dan cara-cara, sementara itu kami harus beralih ke sifat Wujud usk das rdap hir ya prins rhatian esemp 2K al-Syifa tbagian pakalogi, karenanya untuk wlanjutkan  dengan "Payehologi").  31 ychology v. 103 2019.07.02 07:14

Kamis, 16 Mei 2019

Book VIII " PLATON REPUBLIK"

                           Buku VIII
" dan dengan demikian, Glaucon, kita telah sampai pada kesimpulan bahwa dalam negara yang sempurna para istri dan anak- anak harua bersama-sama, dan semua pendidikan dan berbagai usaha perang dan pengajaran perdamaian juga harus sama dan para filsuf yang terbaik dan prajurit yang paling berani harus menjadi pemimpin mereka?"

Hal itu, jawab Glaucon, sudah di akui.

"ya" kataku, "dan lebih lanjut telah kita akui bahwa para gubernur, ketika menunjuk diri mereka sendiri, akan mengambil para prajurit meteka dan menempatkannya di rumah-rumah seperti yang kita jelaskan yang sama untuk semua orang, dan tidak memiliki harta benda pribadi, atau individual, dan dalam kaitannya dengan harta milik mereka, apakah engkau masih ingat apa yang telah kita setujui?"

Ya, saya ingat bahwa tidak boleh ada satu orangpun yang boleh memiliki berbagai harta benda sebagaimana biasa untuk umat manusia, mereka harus menjadi atlet pejuang dan pelindung pejuang, yang menerima dari setiap warga negara lainnya, sebagai pengganti biaya tahunan, hanya biaya hidup mereka, dan mereka harus menjaga dan memelihara diri mereka sendiri dan menjaga serta melindungi seluruh negara.

"benar" kataku, "dan karena bagian tugas kuta ini sudah disimpulkan, marilah kita temukan titik yang disitu kita telah menyinpang, yang memungkinkan kita untuk kembali ke jejak lama."

"tidak ada kesulitan untuk kembali, maka engkau mengimplikasikan seperti sekarang bahwa engkau telah selesai memerikan negara tersebut, engkau mengatakan bahwa negara tersebut adalah baik, dan bahwa manusia memberikan jawaban itu adalah baik, meskipun, seperti yang tampak sekarang ini, engkau punya banyak hal yang jauh lebih bagus untuk menghubungkan negara dan manusia dan lebih lanjut engkau mengatakan bahwa jika inilah bentuk yang sebenarnya, maka bentuk yang lainnya adalah salah, dan dari bentuk yang salah itu, engkau mengatakan, seperti yang saya ingat ada empat kelompok utama, dan bahwa cacat mereka dan berbagai cacat individual yang sejalan dengan berbagai cacat kelompok itu, pantas untuk diuji. Ketika kita telah melihat semua yang individual itu, dan pada akhirnya setuju mengenai siapa yang terbaik itu juga bukan merupakan mengenai yang paling berbahagia, dan yang terburuk itu juga merupakan yang paling menyedihkan. Saya menanyakan padamu perihal empat bentuk pemerintahan yang engkau bicarakan, dan Polemarcus serta Adeimantus nyatakan, dan engkau mulai lagi, menemukan jalanmu menuju titik yang menjadi tempat kita tiba sekarang.

"ingatanmu sangag tepat" kataku,
"maka sama halnya dengan seorang pegulat" jawabnya, "engkau harus sekali lagi menempatkan dirimu dalam satu posisi, dan izinkan saya mengajukan pertanyaan yang sama, dan apakah jawaban yang hendak kau berikan padaku itu merupakan jawaban yang sama".

"Ya, jika saya bisa,  akan saya berikan jawaban yang sama" kataku, " saya secara khusus ingin mendengarkan apakah secara khusus ingin mendengarkan apakah empat bentuk negara yang sedang engkau bicarakan."
"pertanyaan itu," kataku, " bisa dijawab dengan mudah sekali, emoat bentuk pemerintahan yang saya bicarakan sejauh ini karena mereka memiliki nama yang jelas, adalah pertama-tama kreta dan sparta, yang umumnya disambut dengan tepuk tangan, negara yang disebut dengan oligarki adalah bentuk berikutnya. Ini tidak bisa sama-sama disetujui,  dan bentuk negara oligarki ini merupakan bentuk pemerintahan yang berkubang dalam lumpur kejahatan, yang ketiga adalah negara demokrasi, yang pada dasarnya mengikuti bentuk oligarki. Meskipun sangat berbeda, yang terakhir adakah tirani, yang sangat besar dan terkenal,  yang berbeda dari segala bentuk negara yang lainnya itu, dan yang merupakan bentuk negara yang keempat yang terburuk yang tidak dijalankan sebagaimana mestinya sebagai negara. Saga tidak mengetahui bentuk lain ynag dapat dikatakan memiliki karakter yang berbeda. Ada begitu banyak kekuasaan dan kerajaan yang diperjualbelikan. Dan sebagian lainnya lagi merupakan bentuk pemerintahan tingkat menengah. Tetapi semua bentuk pemerintahan ini tidak masuk dalam hitungan dan mungkin ditemukan baik pada bangsa Yunani maupun bangsa barbar"

"ya" jawabnya, "kita tentu saja mendengar berbagai bebtuk pemerintahan yang aneh yang eksis di antara merek."

"apakah engkau tahu," kataku, "bahwa pemerintah beraneka macam sebagaimana watak manusia, dan bahwa pastilah ada banyak negara sebanyak manusia? Karena kita tidak bisa mengandaikan bahwa setiap negara terbuat dari "pohon es dan batu", dan juga bukan dari sifat mnausia yang terkandung di dalamnya, dan memutar skala dan menarik hal lain mereka?"

"ya" katanya, "negara itu seperti manusia yang beraneka ragam, negara itu tumbuh dari karakter manusia"

"maka apabila konstitusi negara-negara itu ada lima, maka watak pukiran individu juga ada lima?".

Tentu saja

Seorang yang cocok aristokrasi, dan baru saja kita namakan adil dan baik, sudah kita dekskripsikan.

Betul.

Book VIII

                               Book VIII
Well, then, Glaucon, we've agreed to the following: if a city is to achieve the height og good government, wives must be in common,  children and all  their aducation must be in common, and their kings must be those among them who have proved to be best, both in philosophy and in warfare.

We have agreed to that,  he said.
Moreover, we also agreed that, as soon as the rulers are established, they will lead the soldiers and settle them in thd kind of dwellings we described, which are in no way private but common to all. And we also agreed, if you remember, what kind of possessions they will have.

I remember that we thought that none of them should acquire any of the things taht the other rulers now do but that, as athletes of war and guardians, they should receive their yearly upkeep from the other citizens as a wage for guardianship and look after themselves and the rest of the city.

That's right, but since we have completed this discussion that brought us here, so that we can continue on the same path from where we left off.

That isn't difficult, for, much the same as now,  you were talking as if you had completed the description of the city. You said thet you would class both the city you described and the men who is like it as good, even though, as it seems, you had a still finer city and man to tell as about. But, in any case, you said that, if this city was the right one, the others were faulty. You said, if i remember, that there were four types of constitution remaining that are worth discussing, each with faults that we should observe, and we should do the same for the people who are like them. Our aim was to observe them all, agree which man is best and which worst, and then determine whether the best is happiest and the worst most wretched or whether it's otherwise. I was asking you which four constitutions you had in mind when polemarchus and adeimantus interrupted. And that's when you took up the discussion that led here.

Well, then, like a wrestler, give me the same hold again, and when i ask the same question, try to give the answer you were about to give before. If i can.
I'd at least like to hear what four constitutions you meant.

That won't be difficult since they're the ones for which we have names. First, there's the constitution praised by most people, namely, the cretan or Laconian. The second, which is also second in the praise it receives, is called oligarchy and is filled with a host of evils. The next in order, and antagonistic to it, is democracy. And finally there is genuine tyranny, surpassing all of them, the fourth and last of the diseased cities. Or can you think of another type of constitution—I mean another whose form is distinct from these? Dynasties and purchased kingships and other constitutions of that sort, which one finds no less among the barbarians than among the greeks, are somewhere intermediate between these four.
At any event, many strange ones are indeed talked about.

      And do you realize that of necessity there are as many forms of human character as there are of constitusions?  Or do you think that constitutions are born "from oak or rock" and not from the characters of the people who live in the cities governed by them, which tip scales, so to speak, and drag the rest along with them? 

    No, i don't believe they come from anywhere else.
Then, if there are five forms of city, there must also be five forms of the individual soul.
Of course.
Now, we've alredy desribed the one that's like aristocracy, which is rightly said to be good and just.
We have.

Selasa, 23 April 2019

Deks


             FILSAFAT SEJARAH HEGEL
Dekskripsi Tema.
     " makna kehidupan yang paling mendalam ada pada apa yang mereka sebut 'Ruh Dunia'."

       Dalam pembahasan ini, Hegel juga menggunakan istilah 'ruh dunia'tetapi dalan suatu pengertian baru. Ketika Hegel berbicara tentang 'ruh dunia' atau 'akal dunia', yang dimaksudkannya adalah seluruh perkataan manusia, sebab hanya manusia yang mempunyai 'ruh'.

Dalam pengertian ini, dia dapat membicarakan kemajuan ruh dunia sepanjang sejarah. namun, kita tidak boleh lupa bahwa Dia mengacu pada kehidupan manusia, pikiran manusia, dan kebudayaan manusia
Seperti halnya dengan Kant yang mempunyai teori ' das Ding an Sich'. Meskipun Kant bahwa manusia mungkin dapat memiliki kesadaran yang jernih tentang rahasia-rahasia alam yang paling dalam, Hegel mengakui bahwa adanya semacam kebenaran yang tak dapat dicapai. Hegel mengatakan bahwa kebenaran itu subjektif dan dengan demikian menyangkal adanya kebenaran tertinggi di atas atau di luar akal manusia. Semua pengetahuan adalah pengetahuan manusia.

       Sesungguhnya sangat diragukan apakah kita dapat mengatakan bahwa Hegel mempunyai 'Filsafat' sendiri. Yang biasanya di kenal sebagai filsafat Hegel terutama adalah metode untuk memahami kemajuan sejarah. Filsafat Hegel tidak mengajarkan apa- apa pada kita tentang hakikat batiniah kehidupan, tapi ia dapat mengajari kita untuk berpikir secara produktif.

       Seluruh sistem filsafat sebelum Hegel mempunyai satu kesamaan, yaitu usaha untuk menetapkan kriteria abadi untuk apa yang dapat diketahui manusia tentang denia. Hal ini berlaku juga bagi Descartes, Spinoza, Hume, dan Kant. Setiap orang berusaha untuk melidiki dasar kesadaran manusia. Tapi mereka semua telah membuat pernyataan mengenai faktor pengetahuan manusia yang kekal tentang dunia.

   Bukankah itu tugas seorang filsafat ?

     Hegel tidak percaya hal itu mungkin. Dia yakin bahwa dasar kesadaran manusia berubah dari satu generasi ke generasi berikutnya. Oleh karena itu, tidak ada
" Kebenaran Abadi", tidak ada akal yang kekal. Satu- satunya titik pasti yang dapat dijadikan pegangan bagi filsafat adalah itu sendiri. Hegel menganalogikan pandangan tersebut seperti, " sebuah sungai juga selalu berubah, itu bukan berarti bahwa kamu tidak bisa membicarakan tentangnya". Tapi kamu tidam dapat menhatakan di tempat mana di di lembah itu sengai tersebut merupakan sungai 'yang paling benar".

Demikian juga bagi Hegel, sejarah itu seperti sungai yang mengalir. Setiap gerakan kecil apapun dalam air di tempat tertentu di tentukan oleh jatuh dan besarnya air dahulu. Tapi gerakan- gerakan ini pun di tentukan oleh bebatuan dan lika liku sungai  pada titik dimana kamu mengamatinya.

Dalam sejarah pemikiran atau akaladalah seperti sungai ini. Pemikiran-pemikiran yang dicuci sepanjang aliran tradisi yang telah lewat, serta kondisi-kondisi material yang ada pada waktu itu, ikut berpengaruh menentukan caramu berpikir. Oleh karena itu, kamu tidak dapat menyatakan bahwa pemikiran tentu benar selama-lamanya. Tapi pemikiran itu bisa jadi benar dari tempat kamu berdiri. Oleh karena itu, kamu tidak dapat menyatakan bahwa pemikiran tertentu benar selama-lamanya. Tapi pemikiran itu bisa jadi benar dari tempat kamu berdiri.

1. Refleksi
    Hegel mengemukakan bahwa dalam kaitan dengan refleksi filsafat pun, akal itu dinamis, dalam kenyataannya itu merupakan suatu proses.  Dan 'kebenaran' adalah proses yang sama, sebab tidak ada kriteria diluar proses sejarah itu sendiri yang dapat menentukan apa yang paling benar atau paling masuk akal.

     Hegel menyatakan bahwa 'ruh dunia'  berkembang menuju pengetahuan itu sendiri yang juga terus berkembang. Sama halnya dengan sungai, menjadi semakin lebar ketika mendekati laut. Menurut Hegel, sejarah adalah kisah tentang 'ruh dunia' yang lambat laun mendekati kesadaran itu sendiri. Meskipun dunia itu selalu ada, kebudayaan manusia dan perkembangan manusia telah membuat ruh dunia semakin sadar akan nilainya yang hakiki.

Menurut Hegel, ruh dunia merupakan realitas  sejarah, itu bukan suatu ramalan, siapa pun yang mempelajari sejarah akan mengetahui bahwa umat manusia telah melangkah maju menuju 'pengetahuan diri' dan 'perkembangan diri' yang semakin meningkat. Hege juga berpendapat bahwa telaah atas sejarah menunjukkan bahwa umat manusia bergerak menuju rasionalitas dan kebebasan yang semakin besar. Meskipun ada banyak kendala, perkembangan sejarah selalu bergerak maju. Kita katakan bahwa sejarah itu mengandung makna tertentu.

Sejarah adalah suatu rangkaian perenungan yang panjang. Hegel jugaenunjukkan laturan-aturan tertentu yang berlaku bagi rangkaian perenungan ini siapapun yang mempelajari sejarah secara mendalam akan mengetahui bahwa suatu pemikiran biasanya diajukan atas dasar pemikiran-pemikiran lain yang sebelumnya pernah diajukan, ia akan di hadapkan pada pemikiran lain, satu ketegangan akan muncul di antara dua cara berpikir yang saling bertentangan ini. Tapi ketegangan itu di cairkan oleh pemikiran ketiga yang dapat menunjukkan hal-hal terbaik dari kedua sudut pandang tersebut. Hegel menyebut ini suatu pro1ses dialektis.



Tokoh

1. Tokoh-tokoh Sejarah
       Jika ada orang yang ingin secara lebih saksama dan lebih mendalam mempelajari kehidupan bangsa-bangsa lain, kiranya dapat disebutkan disini bebberapa nama tokoh sejarah yang telah sebegitu mendalam dan dalam rentang waktu yang panjang telah mempelajari segala hal ihwal peristiwa kesejarahan.  Meskipun diantara mereka tak satupun yang berpikir dan merasa menjadi tokoh sejarah. Hal ini tentu saja disebabkan karena mereka adalah tokoh sejarah yang memiliki kepedulian sejarah secara lansung terhadap setiap peristiwa kesejarahan yang terjadi. Mereka mempelajari setiap peristiwa sejarah tidak hanya sebatas untuk pengetahuan pribadi semata, akan tetapi lebih dari itu dengan sepenuh hati dan segala kesungguhan serta secara lebih mendalam bahkan mamou menikmati setiap karya kesejarahan yang mereka ciptakan.

Beberapa nama tokoh itu antara lain :
a. Herodotus (sang bapak sejarah)
       Dalam karyanya persian, wars
b. Thucydides
      Dalam karyanya peloponnesian war,
c. Xenophone
        Dengan karya originalnya yang berjudul  the persian expedition
d. Caesar
     Dengan karyanya yang berjudul
Commertaries.
e. Guicciardinia
        Dengan karyanya History of Italy (1936)

   Mereka adalah nama-nama tokoh yang jelas memiliki masterwork yang dihasilkan dari pemikiran-pemikiran besarnya. Pada masa-masa terdahulu, nampak jelas memang para ahli sejarah tersebut merupakan tokoh besar dan seorang negarawan yang disegani baik oleh kawan mauoun lawan. Sedangkan pada abad pertengahan situasinya sudah sedikit berbeda, sebab sejarah berada di tangan para mentri atau uskup yang berada pada pusat-pusat kekuasaan.

Persoalan yang dapat kita lihat sesungguhnya adalah persoalan paling mendasar yang mereka ungkapkan yaitu persoalan hidup dan persoalan-persoalan terkini yang dihadapi di sekitar dunia mereka. Kebudayaan yang sedang berlansung dan melingkupi para pengarang tersebut, juga berbagai peristiwa yang terjadi saat karya-karya ini dikerjakan, pun pula spirit yang menjiwai para pengarang tersebut, dan juga peristiwa yang terjadi saat karya-karya itu dikerjakan, pun pula spirit yang menjiwai para pengarang serta berbagai langkah yang di berikan pada dasarnya merupakan persoalan persoalan yang sama, seiring dan serupa. Semuanya menggambarkan apa yang mereka saksikan atau yang paling tidak rentetan peristiwa kehidupan yang mereka alami. Sepenggal untaian waktu yang singkat, pola-pola individual manusiawi maupun rangkaian peristiwa yang terjadi semuanya perupakan hal yang luar biasa. Karya karya yang tampa perenungan dihasilkan dari sebuah potret masa, dengan harapan agar gambaran tersebut dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya secada gamblang dan jelas sesuai yang mereka amati secara lansung atau yang mereka perhitungkan dari saksi sejarah yang lain. Dia tidak berkepentingan dan juga tidak khawatir terhadap berbagai perenungan pada berbagai peristiwa tersebut, baginya kehidupan di dalam the spirit of the times merupakan hal yang segala galanya dan tidak boleh tidak semua itu melebihi mereka.

Metode sejarah

               FILSAFAT SEJARAH (HEGEL)
                     Oleh: Ikbal Alimuddin

                METODE-METODE SEJARAH

A. Dekskripsi Tema

Sesungguhnya sangat diragukan apakah kita dapat mengatakan bahwa Hegel mempunyai 'Filsafat' sendiri. Yang biasanya di kenal sebagai filsafat Hegel terutama adalah metode untuk memahami kemajuan sejarah. Filsafat Hegel tidak mengajarkan apa- apa pada kita tentang hakikat batiniah kehidupan, tapi ia dapat mengajari kita untuk berpikir secara produktif.

        Sejarah, menurut Hegel, adalah serangkaian kisah cerita perkembangan kesadaran akan kebebasan di dunia, suatu perkembangan semangat kemanusiaan di masa- masa melewati pertumbuhan dari kesadaran dirinya. Dalam pembahasa sejarah ini, Hegele memberikan beberapa metode yang berkaitan dengan sejarah yaitu, asal usul sejarah, perenungan sejarah dan sejarah kefilsafatan dunia.

B. Asal- usul Sejarah
1. Tokoh - tokoh Sejarah
       Asal muasal sejarah, menurut Hegel, dalam pembahasan ini perlu dihadirkan beberapa nama tokoh dalam sejarah yang memiliki pengaruh yang besar bagi dunia, diantaranya adalah Herodotus, Thucydides dan tokoh- tokoh sejarah lain dengan segala gambarang sepak terjangnya. Kerena bagi Hegel, berbagai fakta dan situasi yang mereka saksikan yang kemudian mereka tuangkan dalam karya- karya yang mereka hasilkan. Bisa menjadi sumber untuk menentukan asal muasal

       Menurut Hegel, sudah barang tentu para sejarawan awam sedemikian mengandalkan dan menyandarkan diri pada berbagai laporan serta catatan pihak lain, karena memang tidak mungkin seseorang mampu memandang berbagai persoalan yang dihadapi secara mandiri tampa peran serta pihak lain, sehingga para sejarawanpun membalut bersama dan apa yang menjadi kekurangan mereka sepanjang bentangan waktu dan menempatkan semua itu pada ingatan dan menyerahkannya pada keabadian.
  
      Disamping itu berbagai legenda, lagu- lagu rakyat,  dan berbagai sumber ragam tradisi masyarakat semunya tidak bisa dijadikan sebagai sumber untuk menentukan  asal muasal sejarah, karena menurut Hegel, semua itu tidak jelas dan mengaburkan berbagai metode sejarah, atau lebih tepatnya kesemuanya itu hanya merupakan mentalitas masyarakat yang belum melek huruf.

2. Sumber Sejarah 
        Sebaliknya dalam pandangan Hegel, yang dapat dijadikan sumber untuk menentukan asal muasal sejarah adalah hal- hal ihwa mengenai apa yang diketahui dan diinginkan masyarakat. Dengan demikian, para ahli sejarah awal mengusung berbagai peristiwa, juga berbagai aksi dan situasi yang mereka hadapi dalam gambaran berbagai karya. Oleh karena itu, menurut Hegel, kandungan isi berbagai sejarah tersebut, tidak bisa menjadi cakupan sejarah eksternal besar.
C. Perenungan Sejarah
  
   Metode yang kedua yang dikemukakan oleh Hegel adalah apa yang dinamakannya metode reflektif. Menurut Hegel, sejarah dalam pengertian ini adalah orang-orang yang dapat menghadirkan semangat tertentu untuk sepanjang zaman melampaui waktu saat ahli sejarah masih hidup. Berkenaan dengan hal tersebut, Hegel membuat membuat beberwpa pembagian tipe yang berbeda yaitu:
1. Sejarah semesta
       menurut Hegel, tipe ini sesungguhnya merupaka cara terbaik asalkan pendekatan model pertama ini dilakukan oleh para ahli sejarah, lalu ditulis secara jelas dan gamblang sehingga para pembaca mampu menangkap kesan dari apa yang mereka dengar dari berbagai cerita suatu peristiwa secada kontemporer dan dengan mata kepala sendiri.
          Akan tetapi menurut Hegel, apabila hal ini hanya dilakukan oleh seorang ahli sejarah saja, dimana seorang ahli sejarah tersebut harus dan hanya memiliki sebuah kebudayaan khusus maka selalu saja akan menampilkan nada- nada sumbang karena hanya sekedar meng-cover sejarah yang ia saksikan pada masanya saja, dan sudah barang tentu, sebagaimana yang sering kali terjadi, penulis tidak mampu membawa dan menyampaikan spirit sejarah maupun spirit zaman, dia hanya akan menyampaikan suatu hal yang sangat berbeda dengab ruh semangat zaman.

2. Pragmatis
       Menurut Hegel, ketika kita sejenak menengok pada dunia masa lalu  yang begitu jauh, maka seoalah- olah dunia itu menjadi hadir dalam pikiran kita melalui aktivitas pikiran itu sendiri dan dunia yang ditangkap kembali itu pada dasarnya merupakan pikiran- pikiran yang patut dihargai. Ada berbagai peristiwa yang tentuya berbeda- beda, tetapi semuanya itu dapat di rangkai dalam sebuah bingkai pola susunan universal dan memiliki makna yang mendalam. Pola inilah yang dapat menghapuskan kesan seolah- olah peristiwa itu merupakan peristiwa masa lalu,  dan justru membuat seoalah- olah peristiwa itu hadir kini, bahkan seolah- olah peri kehidupan masa lalu itu hadir didalam dunia masa sekarang ini. Namun demikian, apakah perenungan semacam ini benar-benar dapat memenuhi sebuah kekuatan dan kepentingan tertentu, hal itu jelas tergantung pada pemikiran penulisnya.

3. Kritis
        Menurut Hegel, tipe ini memang harus dikemukakan di sini karena merupakan trend
Baru kesejarahan yang saat ini sedang marak di jerman. Apa yang dimaksudkan dengan sejaraj disini bukanlah sejarah itu sendiri melainkan sejerah penulis kesejarahan. Serta evaluasi kritis atas pertimbangan kesejarahan serempak dengan penyelidikan kebenarannya sekaligus uji kelayakan apakah penulis tersebut memang pantas untuk dipercaya, apa yang dimaksudkan disini menjadi perkecualian, sebab memuat pemikiran yang cerdas penulisnya di dalam menyerap suatu hal yang baru dari berbagai catatan kesejarahan, bukan dari hal-hal yang berada dalam diri mereka sendiri. Contoh: Bangsa Prancis dalam hal ini, memiliki pemikiran yang sangat bijak dan kontribusi yang sangat besar di bidangnya. Pada umumnya, mereka memiliki pemikiran yang sama, mereka tidak hanya sekedar melakukan validasi terhadap prosedur kritis inisebagai suatu hal yang menyangkut kesejarahan, tatapi lebih dari itu mereka telah mengorganisir evaluasisnya di dalam sebuah format risalah ilmiah yang kritis.

4. Spesialisasi
        Menurut Hegel, meskipun spesialisasi itu merupakan abstraksi dari keseluruhan, namun tipe ini merupakan sebentuk transisi menuju sejarah kefilsafatan dunia, dengan mengambil satu titik persoalan atau sudut pandang yang universal (misalnya saja, sejarah seni, sejarah hukum, sejarah agama). Pada masa kita sekarang, tipe sejarah konseptual ini telah dikembangkan sedemikian luasnya karena memang memiliki banyak keunggulan dibanding dengan tioe yang lain. Berbagai cabang dari bagian ini, terkait secara luas dengan totalitas sejarah suatu masyarakat. Hanya saja persoalannya adalah apakah totalitas itu memang betul- betul memiliki koherensi yang jelas atau hanya sekedar mencari-cari di dalam sirkumtansi- sirkumtansi eksternal. Pada kasus yang terakhir, kebetulan kelihatannya nampak asing sekali dan berbeda dengan masyarakat lainnya.

          Dengan demikian menurut Hegel, jika perenungan sejarah itu bisa mengikuti sudut pandang yang umum, maka disitulah yang memang pantas kita catat sebagai sebuah tipe yang benar-benar bagus. Berbagai sudut pandang tersebut tidak hanya memiliki benang merah dengan berbagai persoalan diluar ataupun bahkan kepentingan dari dalam saja, tatapi lebih dari itu, tipe refleksi ini merupakan semangat pendorong dari dalam atas setiap tindakan, fakta, dan peristiwa.

D. Kefilsafatan Sejarah
     Metode  terakhir yang di kemukakan oleh Hegel adalah metode filosofis. Menurut Hegel, metode yang ketiga ini, bagaimanapun juga, nampaknya tetap memerlukan uraian penjelas atau justifikasi.
Prinsip universal ini merupaka term "filsafat sejarah" yang tidak ada persoalan signifikan lainnya kecuali kebijaksanaan konsiderasi sejarah. Inilah yang dimaksydkan oleh Hegel pemikiran filsafat terhadap sejarah.

     Disamping itu Hegel juga mengemukakan pandangannya bahwa, Apabila para filsuf melakukan pendekatan sejarah dengan menggunakan tipe pemikiran ini, ia menghubungkan sejarah sebagai sebuah bahan dasar tidak dibiarkan begitu saja adanya, tetapi lalu ditafsirkan atau di uraikan sesuai dengan gagasan ide pemikirannya a priori. Akan tetapi sejak sejarah sedikit menghindari informasi yaitu apa yang sedang dan yang telah terjadi dari berbagai tindakan, fakta dan peristiwa dan sejak sejarah tetap berada pada batas-batas yang diberikannya sendiri, maka agaknya pendekatan ini nampak berada pada situasi konflik dengan bidang kajian filsafat. Dan inilah kontradiksi yang memang sedang terjadi bersamaan dengan terpaan dan celaan yang ditujukan pada tindakan spekulasi, yang memang harus dijelaskan dan ditemukan jalan pemecahannya disini. Namun demikian, hal ini harus dilakukan tampa memasukkan berbagai pembetulan dari sejumlah sudut pandang salah yang saat ini dipegangi (atau selamanya menjadi isapan jempol) berkenaan dengan tujuan, kepentingan, dan perlakuan apakah kesejarahan itu dan keterkaitannya dengan filsafat.

E. Tanggapan
        Dalam pandangan- pandangan di atas, yaitu metode-metode sejarah yang dikemukakan oleh Hegel, saya sangat setuju dengan metode-metode sejarah yang dikemukakannya, seperti asal usul sejarah, perenungan sejarah dan kefilsafatan sejarah, yang kesemuanya memberikan kita pemahaman baru mengenai sumber-sumber sejarah, serta berbagai tipe yang digunakan dalam sejarah.

     

Minggu, 21 April 2019

Dekskripsi

DEKSKRIPSI TEMA
      Georg Wilhelm Friedrich Hegel, adalah seorang ilmuan besar yang memiliki pengaruh yang besar, Hegel lahir di Stutgart pada tanggal 27 agustus 1770. Dia masuk seminari pada usianya 19 tahun disaat pecah revolusi Perancis yang ketika itu segera meluas dan mempengaruhi seluruh daratan Eropa. Ada beberapa karya yang dihasilkan oleh Hegel, salah satunya adalah 'Filsafat Sejarah', dimana Hegel, menulis buku ini dan dirampungkan diantara desingan suara peluru perang Jena yang sedang berkecamuk, Oktober 1806.

        Dalam buku Filsafat Sejarah tersebut, Hegel menceritakan sebuah perjalanan seseorang untuk menjadi dewasa, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah kesadaran diri, menggapai kebebasan, dan rasa saling menghargai sesama yang lain. Sejarah, menurut Hegel, adalah serangkaian kisah cerita perkembangan kesadaran akan kebebasan di dunia, yaitu suatu perkembangan semangat kemanusiaan di masa-masa melewati pertumbuhan pertumbuhan dari kesadaran dirinya.

       Dalam buku Filsafat Sejarah (sejarah dunia) tersebut, hegel juga mengemukakan tiga "dunia", atau tiga sudut pandang yang jelas tentang dunia. Yaitu, Dunia Timur (Oriental), Yunani-Roma (Greco- Roman), dan Bangsa Jerman (Germanic). Yang kesemuanya dimaksudkan oleh Hegel adalah, untuk menggambarkan kepada kita berbagai kesenjangan perbatasan spesifikasi waktu dan letak geografis. Namun yang demikian ini merupaka hal yang tepat sekali, karena " dunia-dunia" tersebut tidak terpaku pada spesifikasi waktu dan tempat. Maka bagi kita akan terasa lebih mudah untuk melihat hal itu sebagai sebuah keterkaitan formal antara yang satu dengan yang lainnya.

      Di dunia Timur (seperti Mesir Kuno, China, dan lain sebagainya), hanya ada satu orang saja yang bebas : supremasi monarki. Sementara di dunia Yunani-Roma, hanya ada beberapa orang saja yang memiliki kebebasan : yaitu, mereka yang bukan budak, wanita, orang-orang asing, dan seterusnya. Demikian juga di dunia Bangsa Jerman (misalnya dunia Kristiani Eropa), keseluruhannya memiliki kebebasan, dengan kesungguhan identitas spiritual sesuai dengan keseluruhan individu insani, semua insan memiliki kapasitas bagi bagi dirinya masing-masing. Pada tingkatan kebebasan relativ yang di perbolehkan bagi mereka, tiga dunia tersebut masing-masing memiliki hubungan keterkaitan yang dinamis antara yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, bagi Hegel, sejarah adalah sebuah proses penyejarahan atau pembebasan dan pencerahan dengan maksud dan tujuan menyejajarkan kita pada kunstruksi sebuah sistem kemasyarakatan dimana setiap orang bisa untuk saling menghargai dan menjungjung tinggi kemerdekaan serta harkat dan martabatnya yang otonom, yang secara sederhana dapat dikatakan sebagai manusia seutuhnya, berkesadaran dan rasional.

    Menurut Hegel, Ada satu hal yang mesti harus disadari oleh setiap insani dimuka bumi ini yaitu kesadaran untuk menciptakan sintesa harmonis antara akal sehat dengan kepentingan masyarakat, prinsip dasar lain yang juga mesti di sadari adalah bahwa "manusia adalah hewan yang berpikir" dan "manusia adalah binatang yang bermasyarakat". Memang prinsip- prinsip tersebut merupakan prinsip lama yang digagas oleh plato, namun hal itu mengandung secarik pelajaran yang dapat kita petik bahwa sejarah itu merupakan perjuangan panjang yang berat dan melelahkan. Kepedihan melelahkan itu harus segera diakhiri, dan Hegel menunjukkan sejarah sebagai sebuah perjuangan yang hampir selesai.